Senin, 18 Juli 2011

Alun-alun Bandung Tinggal Nama

Pusat kota atau puseur dayeuh Bandung tempo doeloe dicirikan dengan sebidang tanah lapang yang dinamakan alun-alun.  Di sekitarnya terdapat bangunan-bangunan fungsional. Di sebelah selatan terdapat bangunan pendopo kabupaten. Kini bangunan itu dijadikan kediaman resmi wali kota Bandung.
Di sebelah barat terdapat bangunan Masjid Agung. Kini namanya Masjid Raya Bandung – Provinsi Jawa Barat. Di sebelah timur terdapat Bale Bandung. Setelah beberapa kali dirombak, kini di atasnya berdiri bangunan tiga lantai yang dijadikan pusat perbelanjaan Palaguna.

Masih dalam lingkaran pusat kota, di sebelah utara alun-alun terletak penjara Banceuy. Dinamakan demikian karena penjara tersebut terletak di  Jalan Banceuy. Dalam Bahasa Sunda, banceuy sama artinya dengan kampung yang dijadikan kandang kuda (istal), di samping tempat penduduk yang bertugas mengurus kuda penghela.

Pada awal berdirinya Kota Bandung, kuda merupakan alat transortasi penting yang digunakan untuk menghela kereta pos. Biasanya, pada jarak tertentu, kuda penghela tersebut diganti oleh kuda lainnya yang masih segar di pos pergantian. Salah satu pos penggatian yang terdapat di jalan raya pos (Grote Postweg) terdapat di dekat gedung Kantor Pos Besar Bandung yang sekarang. Bangunannya terletak di sudut jalan raya pos (Grote Postweg) dengan Jalan Banceuy.
Jalan Banceuy sebelumnya dinamakan Oude Kerkhoffweg karena di sana pernah dijadikan tempat kuburan China. Kini tempat itu dijadikan pusat penjualan suku cadang mobil dan listrik.

Alun-alun Bandung yang terletak di sisi selatan Grote Postweg bisa dikatakan masih ada, tetapi bisa juga dikatakan sudah tidak ada lagi. Dikatakan tidak ada, karena secara fisik, alun-alun sudah dijadikan plaza Masjid Raya Bandung – Provinsi Jawa Barat. Sebaliknya dikatakan tidak ada, karena masyarakat Bandung masih menyebut tempat itu alun-alun.

Alun-alun Bandung tempo doeloe dibangun di depan pendopo kabupaten, sehingga keberadaannya merupakan satu kesatuan dengan Masjid Agung dan bangunan pemerintahan lainnya. Di tempat itu pula masyarakat kota bersosialisasi dan melakukan berbagai aktivitas, serta memanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Tanahnya subur dan ditumbuhi rumput hijau. Sisi timur alun-alun dibatasi sepenggal jalan yang dinamakan Jalan Alun-alun Timur.

Di masa lalu, jalan tersebut pernah menjadi tempat mejeng, terutama anak-anak muda. Di sana terdapat tiga buah gedung bioskop yakni, Elita, Oriental dan Varia dengan gaya arsitektur yang unik, gedung Varia sebelumnya merupakan tempat hiburan atau feesterien. Tetapi di lidah penduduk setempat, tempat hiburan itu diucapkan pistren.
Tahun 1980-an, bangunan bioskop dan tempat hiburan di sana diratakan dengan tanah. Di atasnya kemudian didirikan bangunan tiga lantai dijadikan pusat perbelanjaan Palaguna. Satu-satunya bangungan gedung bioskop yang masih tersisa hanyalah Radio City yang terletak di ujung selatan Jalan Alun-alun Timur.
Namun, sejalan dengan makin suramnya dunia perbioskopan nasional, bangunan bekas bioskop Radio City yang kemudian berubah nama menjadi Dian dijadikan gelanggang futsal.

Seperti alun-alun di tempat lainnya di  Nusantara, bagian tengah alun-alun Bandung ditanami sepasang pohon beringin yang dilambangkan sebagai pengayom. Sebuah di antaranya dinamakan Wihelmina-boom karena di tanam untuk memperingati pelantikan Ratu Belanda Wihelmina pada tanggal 8 September 1898. Pohon beringin di sebelahnya yang ditanam tahun 1909, dinamakan Juliana-boom untuk memperingati kelahiran Ratu Juliana.

Wihelmina Helena Pauline Maria bertahta sejak tahun 1890-1948. Namun setelah merayakan pesta emas tahtanya, ia menyerahkannya kepada putirnya Juliana Louise Emma Marie Wihelmina (1948-1980).

Kedua pohon tersebut sering dijadikan tempat berteduh masyarakat dari teriknya sinar matahari. Namun menjelang pendudukan Jepang, pohon beringin di tengah alun-alun itu tumbang. Kata orang tua, itulah ciciren (tanda-tanda) kejatuhan Belanda di tanah jajahannya.

Desas-desus itu segera saja meneybar dengan cepat, terutama di kalangan beberapa pemilik toko foto dan tempat cukur milik orang-orang Jepang yang berusaha di sekitar alun-alun. Para pedagang bangsa Jepang memperoleh perlakuan yang lebih leluasa, sesuatu yang sebenarnya dikemudian hari disesali. Mereka diperlakukan sama sebagai orang Timur Asing. Sedangkan di mata penduduk pribumi, orango-orang Jepang tersebut dianggap lebih baik. Mereka menjual barang-barang dagangannya dengan harga murah. Sikapnya ramah dan sopan.
Saat itu, daerah sekitar alun-alun sudah jadi pusat perdagangan paling ramai. Bahkan karena banyaknya orang-orang Jepang yang berusaha di sana, pemandangan daerah sekitar alun-alun sudah tampak selah-olah kota Jepang. Pada tahun 1932, mereka sempat membangun sekolah dasar.

Salah seorang karyawan toko foto milik Hoshina Katsukichi yang bernama Ichiki Tatsuo, tiba di Bandung tahun 1933 setelah sebelumnya mengadu nasib di  Palembang. Pemuda kelahiran kota kecil Raraki, Kumamoto di bagian selatan Kyushu, Jepang itu, kemudian menjadi kondektur bus milik orang Jepang yang tinggal di daerah ponggriran Bandung. Setelah berhenti, ia ditampung di rumah Nyi Iti yang tinggal di daerah Sumedang. Namun, karena sering mengunjungi klub orang-orang Jepang, Ichiki menjadi wartawan Nichiran Shogyo Shinbun atas rekomendasi Machida Taisaku, tokoh komunitas orang Jepang di Bandung (Goto, 1998:119-121).

Jika dihubungkan dengan kejatuhan Hindia Belanda yang menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang, 8 Maret 1942, kemenangan itu sangat boleh jadi tidak lepas dari peran komunitas orang Jepang di Kota Bandung selama itu. Masyarakat orang Jepang di Hindia Belanda yang mayoritas pemilik toko tersebut, melakukan kegiatan spionase sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap tanah airnya (Lubis, 2005:37).

Dalam  masyarakat Kota Bandung, alun-alun memiliki beberapa fungsi. Selailn merupakan paru-paru kota dan tempat masyarakat bersosialisasi, alun-alun pernah menjadi saksi sejarah lahirnya Negara Pasundan versi  Partai Rakyat Pasoendan (PRP) yang diproklamirkan pada tanggal 4 Mei 1947. Proklamasi negera boneka Belanda itu disiarkan oleh radio resmi Belanda dan dihadiri Van Mook serta partai politik Belanda seperti Kathotliek Vilks Partij (KVP) dan Indo Europee Verbond (IEV). Naskahnya dibuat dalam tiga bahasa (Rosidi, 2000:499).

Naskah proklamasi dalam Bahasa Sunda dibacakan oleh R.A.A. Moesa Soeria Kartalegawa (Ketua Pengurus Besar), naskah dalam Bahasa Belanda dibacakan Mr. Koestomo (Sekretaris) dan naskah dalam Bahasa Indonesia dibacakan oleh Soeleiman. Kartalegawa adalah bekas  Bupati Garut yang dipecat pada zaman pendudukan Jepang. Namun umur Negara Pasundan tersebut rupanya tidak bertahan lama. Setelah tiga kali diselenggarakan Konferensi Djawa Barat yang bertujuan membentuk Badan Pemerintahan Daerah Sementara (Recomba), Negara Pasundan versi P.R.P. akhirnya bubar.

Sebagai ruang terbuka yang letaknya di pusat kota, alun-alun sudah beberapa kali mengalami salin rupa. Bahkan karena seringnya hail itu terjadi, warga kota menjadikannya sumber desas-desus. Jika dulu dijadikan ciciren jatuhnya pemerintahan Hindia Belanda, maka setelah kemerdekaan, alun-alun dijadikan ciciren adanya penggatian pimpinan daerah (wali kota). Dalam Bahasa Sunda, ciciren artinya sama dengan pertanda akan terjadi sesuatu.

Tahun 1961 misalnya, di bagian tengah alun-alun yang dulu ditumbuhi pohon beringin Wihelmina-boom dan Juliana-bom, di tempat itu masih terdapat bak persegi panjang, tempat menampung air mancur. Pada sore atau hari libur, tempat itu dijadikan sekadar tempat melepas lelah.

Namun, tahun 1984, wajah alun-alun sudah berubah lagi sehingga lebih tepat disebut taman. Di sana-sini ditempatkan hiasan pot-pot bunga dalam ukuran besar. Layaknya sebuah taman daerah sekitarnya ditanami berbagai jenis tanaman. Tetapi, karena kurang memperoleh penerangan, tempat tersebut dijadikan bursa “esek-esek” di malam hari. Padahal di seberangnya terdapat bangunan Masjid Agung dan  Pendopo Kabupaten.
Insipirasi para pejabat di daerah ini rupanya selalu muncul jika melihat tempat yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti alun-alun. Sebuah gagasan menjadikan daerah sekitarnya menjadi pusat perbelanjaan khas, lengkap dengan nuansa wisata, sempat direncanakan pada tahun 1997. Padahal, sebagai daerah yang terkenal di pusat kota, daerah sekitar alun-alun paling terkenal karena sering macet. Arus lalu lintasnya semrawut, walaupun merupakan salah satu titik yang dilarang dijadikan tempat berjualan pedagang kaki lima, namun tempat ini dianggap paling cocok untuk berjualan. Mereka sering kucing-kucingan dengan petugas yang melakukan operasi ketertiban.
Sebaliknya bagi sebagian rakyat kecil, alun-alun dianggap tempat paling cocok untuk mengekspresikan kemarahannya. Hanya karena gagal menyaksikan kontes musik rock di Lapang Uni pada tanggal 28 Desember 1992, daerah sekitar aln-alun menjadi sasaran amuk massa. Pot-pot ukuran besar yang terdapat di alun-alun dijungkir-balikkan sehingga berantakan. Kaca-kaca etalase beberapa toko berantakan karena dilempari batu.

Kemarahan yang tidak terkendali akibat kesalahan informasi dalam razia yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja yang tergabung dalam Satuan Tigas Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) Kotamadya Bandung terjadi pada tanggal 1 Desember 1994. Kemarahan itu dilampiaskan dengan merusak bangunan dan barang-barang di pusat kota, terutama sekitar alun-alun.
Nasibmu, memang alun-alun Bandung................

1 komentar:

  1. Djava Holiday Tour & Travel

    Bandung City Tour
    All in Package 2D / 1N > Strart From
    Only IDR.750.000 / Pax
    90 Pax >>> up
    Promo Package: 2015

    include :
    – Luxury Big Bus
    – PickUp & Transfer Bandara / Stasiun Kereta Bandung
    – Hotel Options :
    # The Ardjuna Hotel & Spa # The Papandayan Hotel
    # Grand Royal Panghegar Hotel # Amaris Hotel # Zodiak Hotel
    # Vio Hotel # Harmony inn Hotel # Ghotic Hotel # Accordia Hotel
    – Full Meals > Breakfast, Lunch & Dinner + 2 x Snack , Cafe & Resto Options :
    # Kampung daun # Stone Cafe # Floating Market # Saung Gawir
    # Riung Sari # Balibu # Saung Andir # Laksana # Ampera
    – Enterance Ticket Options :
    # Trans Studio # Kawah Tangkuban Perahu # Kawah Putih # Ci Ater
    # Gracia # Floating Market # De Ranch # Danau Situ Patenggang

    Exlude :
    – Ticket Pesawat & Kereta
    – Keperluan Pribadi & oleh-oleh

    info :
    081220050050
    02270050050
    https://www.facebook.com/djava.holiday
    Pin bb : 2B8AD825 or By Request

    BalasHapus